REPUBLIKA JAKARTA--Garuda Indonesia hanya mengalokasikan belanja modal tahun ini sebesar 100 juta dolar AS. Angka itu dipatok meski pada 2009, BUMN tersebut mampu membukukan laba bersih Rp1,009 triliun.
"Ya hanya sebesar itu dan alokasinya antara lain untuk pembelian 24 pesawat baru tahun ini. Semuanya dari dana internal," kata Dirut Garuda, Emirsyah Satar kepada pers di Jakarta, Rabu (17/3). Emirsyah menjelaskan, 24 pesawat baru itu terdiri 23 pesawat baru dengan tipe B737-800 dan 1 pesawat tipe A330-200 yang dijadwalkan per bulannya datang dua pesawat. "Kami juga melanjutkan program pembaruan B747-400 dan A330-300," imbuhnya.
Maskapai tersebut juga bakal membuka 12 rute baru tahun ini, antara lain Bengkulu, Tanjung Pandan, Ambon, Palu, Ternate dan Amsterdam via Dubai. Garuda tahun ini menargetkan, pertumbuhan sebanyak 15 persen secara keseluruhan, mulai dari laba bersih, pendapatan, jumlah penumpang dan sektor lain.
Terkait dengan pencapaian kinerja 2009, Emirsyah mengakui, keuntungan itu jauh meningkat dibanding keuntungan 2008 sebesar Rp669 miliar. Pencapaian tersebut dapat diraih berkat berbagai langkah di sisi komersial, operasional, keuangan, peningkatan produktifitas karyawan serta program efisiensi yang dilaksanakan.
Produktivitas Naik
Emirsyah merinci pada 2008, Garuda mampu mengangkut 10,1 juta penumpang. Kemudian menjadi 10,3 juta penumpang pada 2009 atau meningkat sebesar tiga persen.
Garuda Indonesia juga meningkatkan kapasitas produksi (availability seat kilometer/ASK) dari 20,1 juta seat kilometer pada 2008 menjadi 20, 9 juta seat kilometer pada 2009 atau mengalami peningkatan sebesar empat persen.
Tingkat isian penumpang (seat load factor/SLF) pada 2009 adalah 74 persen sementara ketepatan waktu penerbangan (on time performance/OTP) adalah 83 persen. "Tahun ini untuk SLF, kami targetkan 77 persen," katanya.
Emirsyah menambahkan, berbagai peningkatan yang dicapai Garuda juga dilakukan melalui pelaksanaan berbagai program efisiensi. Misalnya program konservasi bahan bakar, pengadaan barang secara elektronik, perbaikan sistem dan proses kerja, serta peningkatan produktifitas karyawan.
Selama empat tahun terakhir, Garuda berhasil menurunkan utang perusahaan secara signifikan dari 868 juta dolar AS (termasuk kewajiban kepada ECA /European Credit Agency) pada 2006 menjadi 527 juta dolar AS pada Januari 2010.
Meski begitu, Emirsyah mengakui, pendapatan Garuda pada 2009 turun menjadi Rp16,7 triliun, dibandingkan dengan pendapatan pada 2008 sebesar Rp18 triliun. Hal itu, menurut ia, dikarenakan harga jual tiket turun menyesuaikan penurunan harga bahan bakar, yang menjadi salah satu komponen biaya, hingga 40 persen pada 2009. "Walaupun jumlah penumpang meningkat tiga persen, tapi harga rata-rata avtur turun sekitar 40 persen jadi pendapatan turun," katanya.
Di tingkat global pun, berdasar data IATA 2009, penumpang angkutan udara memang turun tiga persen. Di Asia Pasifik jumlah penumpang turun hingga enam persen dan angkutan kargo turun 11 persen. "Yield per penumpang juga turun 14 persen dan ini mengakibatkan pendapatan penerbangan global juga turun 15 persen dan industrinya rugi 9,4 miliar dolar AS," katanya.
gak nolak ... klapa
"Ya hanya sebesar itu dan alokasinya antara lain untuk pembelian 24 pesawat baru tahun ini. Semuanya dari dana internal," kata Dirut Garuda, Emirsyah Satar kepada pers di Jakarta, Rabu (17/3). Emirsyah menjelaskan, 24 pesawat baru itu terdiri 23 pesawat baru dengan tipe B737-800 dan 1 pesawat tipe A330-200 yang dijadwalkan per bulannya datang dua pesawat. "Kami juga melanjutkan program pembaruan B747-400 dan A330-300," imbuhnya.
Maskapai tersebut juga bakal membuka 12 rute baru tahun ini, antara lain Bengkulu, Tanjung Pandan, Ambon, Palu, Ternate dan Amsterdam via Dubai. Garuda tahun ini menargetkan, pertumbuhan sebanyak 15 persen secara keseluruhan, mulai dari laba bersih, pendapatan, jumlah penumpang dan sektor lain.
Terkait dengan pencapaian kinerja 2009, Emirsyah mengakui, keuntungan itu jauh meningkat dibanding keuntungan 2008 sebesar Rp669 miliar. Pencapaian tersebut dapat diraih berkat berbagai langkah di sisi komersial, operasional, keuangan, peningkatan produktifitas karyawan serta program efisiensi yang dilaksanakan.
Produktivitas Naik
Emirsyah merinci pada 2008, Garuda mampu mengangkut 10,1 juta penumpang. Kemudian menjadi 10,3 juta penumpang pada 2009 atau meningkat sebesar tiga persen.
Garuda Indonesia juga meningkatkan kapasitas produksi (availability seat kilometer/ASK) dari 20,1 juta seat kilometer pada 2008 menjadi 20, 9 juta seat kilometer pada 2009 atau mengalami peningkatan sebesar empat persen.
Tingkat isian penumpang (seat load factor/SLF) pada 2009 adalah 74 persen sementara ketepatan waktu penerbangan (on time performance/OTP) adalah 83 persen. "Tahun ini untuk SLF, kami targetkan 77 persen," katanya.
Emirsyah menambahkan, berbagai peningkatan yang dicapai Garuda juga dilakukan melalui pelaksanaan berbagai program efisiensi. Misalnya program konservasi bahan bakar, pengadaan barang secara elektronik, perbaikan sistem dan proses kerja, serta peningkatan produktifitas karyawan.
Selama empat tahun terakhir, Garuda berhasil menurunkan utang perusahaan secara signifikan dari 868 juta dolar AS (termasuk kewajiban kepada ECA /European Credit Agency) pada 2006 menjadi 527 juta dolar AS pada Januari 2010.
Meski begitu, Emirsyah mengakui, pendapatan Garuda pada 2009 turun menjadi Rp16,7 triliun, dibandingkan dengan pendapatan pada 2008 sebesar Rp18 triliun. Hal itu, menurut ia, dikarenakan harga jual tiket turun menyesuaikan penurunan harga bahan bakar, yang menjadi salah satu komponen biaya, hingga 40 persen pada 2009. "Walaupun jumlah penumpang meningkat tiga persen, tapi harga rata-rata avtur turun sekitar 40 persen jadi pendapatan turun," katanya.
Di tingkat global pun, berdasar data IATA 2009, penumpang angkutan udara memang turun tiga persen. Di Asia Pasifik jumlah penumpang turun hingga enam persen dan angkutan kargo turun 11 persen. "Yield per penumpang juga turun 14 persen dan ini mengakibatkan pendapatan penerbangan global juga turun 15 persen dan industrinya rugi 9,4 miliar dolar AS," katanya.
gak nolak ... klapa