Oke, gue sebagai Co-Admin paling ganteng mo ikut ngeramein Versal.
Keindahan bunga tentu bisa menjadi berbagai macam simbol bagi manusia. Ungkapan kasih sayang, juga lambang sumber kehidupan yang tak pernah mati. Bagi para pedagang bunga di Barito, Jakarta Selatan, bunga adalah sumber kehidupan yang selalu membuat mereka menapaki hari-hari dengan optimis.
"Saya sebisa mungkin akan berusaha untuk tidak pindah dari sini," tutur Soleh, dengan suara parau menahan kesedihan.
Namun, semua harapan pedagang bunga itu kini telah sirna. Seiring pembongkaran paksa yang dilakukan aparat Satpol PP terhadap kawasan sentra bunga itu, Jumat (18/1). Toko Bunga Ariya miliknya, yang menempati areal berukuran 7 x 2 meter di Jalan Mahakam II, Blok C, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sejak 1969 itu kini telah rata dengan tanah.
Lelaki berusia 50 tahunan itu kini hanya dapat menatap reruntuhan kiosnya dengan mata sayu. Ia belum tahu rencana selanjutnya, termasuk untuk menggaji lima karyawannya yang semuanya telah berkeluarga.
Bagi para pedagang bunga di Barito, bunga memang sumber kehidupan. "Sejak kecil saya sudah mengenal bunga, karena saya lahir dan besar di Rawabelong. Rawabelong kan dulu terkenal dengan para petani anggrek,"ucap Hanafi (69), pemilik kios Anggrek Florist, yang ada di kawasan itu.
Perkenalannya lebih dalam dengan bunga terjadi ketika pada 1964 ia mulai berjualan bunga di dekat Masjid Istiqlal. Ia berjualan di sana selama empat tahun sebelum ia pindah ke sentra bunga Barito.
Pada awal berdirinya sentra bunga ini hanya terdiri atas 14 pedagang yang sebelumnya berlokasi di tempat pedagang hewan Barito. Kemudian pada akhir tahun 1969, mereka dipindahkan oleh Pemerintah DKI Jakarta yang pada saat itu dipimpin Gubernur Ali Sadikin.
Saat itu, Barito belum sepadat sebelum digusur. Tercatat, saat itu hanya ada dua kios ikan hias, serta belum ada pedagan buah dan pedagang hewan. Di kios-kios ikan hias itulah kemudian tumbuh berbagai pedagang yang berjualan tanaman.
Sebelum digusur, sentra bunga Barito memiliki 105 kios, terdiri dari 51 kios bunga dan 54 kios ikan, dengan menempati areal seluas 7000 meter persegi. Bahkan, sebelumnya, para pedagang bunga yang berada dalam satu wadah Kelompok Pedagang Bunga Barito (Kobar) JS 27 itu berada di bawah binaan Suku Dinas Usaha Kecil Menengah Jakarta Selatan.
Jumlah yang akan terkena akibat langsung dari rencana relokasi itu bisa mencapai 4000 orang, termasuk pegawai dan keluarga mereka. Sehingga, tak heran jika para pedagang merasa kehilangan sebagian hidup mereka.
Kasihan sekali ya
Mari kita bantu Warga Jakarta agar menjadi lebih baik.
Keindahan bunga tentu bisa menjadi berbagai macam simbol bagi manusia. Ungkapan kasih sayang, juga lambang sumber kehidupan yang tak pernah mati. Bagi para pedagang bunga di Barito, Jakarta Selatan, bunga adalah sumber kehidupan yang selalu membuat mereka menapaki hari-hari dengan optimis.
"Saya sebisa mungkin akan berusaha untuk tidak pindah dari sini," tutur Soleh, dengan suara parau menahan kesedihan.
Namun, semua harapan pedagang bunga itu kini telah sirna. Seiring pembongkaran paksa yang dilakukan aparat Satpol PP terhadap kawasan sentra bunga itu, Jumat (18/1). Toko Bunga Ariya miliknya, yang menempati areal berukuran 7 x 2 meter di Jalan Mahakam II, Blok C, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sejak 1969 itu kini telah rata dengan tanah.
Lelaki berusia 50 tahunan itu kini hanya dapat menatap reruntuhan kiosnya dengan mata sayu. Ia belum tahu rencana selanjutnya, termasuk untuk menggaji lima karyawannya yang semuanya telah berkeluarga.
Bagi para pedagang bunga di Barito, bunga memang sumber kehidupan. "Sejak kecil saya sudah mengenal bunga, karena saya lahir dan besar di Rawabelong. Rawabelong kan dulu terkenal dengan para petani anggrek,"ucap Hanafi (69), pemilik kios Anggrek Florist, yang ada di kawasan itu.
Perkenalannya lebih dalam dengan bunga terjadi ketika pada 1964 ia mulai berjualan bunga di dekat Masjid Istiqlal. Ia berjualan di sana selama empat tahun sebelum ia pindah ke sentra bunga Barito.
Pada awal berdirinya sentra bunga ini hanya terdiri atas 14 pedagang yang sebelumnya berlokasi di tempat pedagang hewan Barito. Kemudian pada akhir tahun 1969, mereka dipindahkan oleh Pemerintah DKI Jakarta yang pada saat itu dipimpin Gubernur Ali Sadikin.
Saat itu, Barito belum sepadat sebelum digusur. Tercatat, saat itu hanya ada dua kios ikan hias, serta belum ada pedagan buah dan pedagang hewan. Di kios-kios ikan hias itulah kemudian tumbuh berbagai pedagang yang berjualan tanaman.
Sebelum digusur, sentra bunga Barito memiliki 105 kios, terdiri dari 51 kios bunga dan 54 kios ikan, dengan menempati areal seluas 7000 meter persegi. Bahkan, sebelumnya, para pedagang bunga yang berada dalam satu wadah Kelompok Pedagang Bunga Barito (Kobar) JS 27 itu berada di bawah binaan Suku Dinas Usaha Kecil Menengah Jakarta Selatan.
Jumlah yang akan terkena akibat langsung dari rencana relokasi itu bisa mencapai 4000 orang, termasuk pegawai dan keluarga mereka. Sehingga, tak heran jika para pedagang merasa kehilangan sebagian hidup mereka.
Kasihan sekali ya
Mari kita bantu Warga Jakarta agar menjadi lebih baik.